Selasa, 06 Mei 2014

Kebaikan dalam Kehidupan

Malam-malam, udah makan nasi tapi masih lapar. Makan nasi lagi, takut ntar jadi gembrot, soalnya sekarang sudah gendut. Sudah banyak baju yang tidak muat, kalo tambah gede lagi, bukan tidak mungkin harus beli banyak baju baru. Susah. Makanya, untuk menanggulangi hal itu, aku menghindari makan nasi lagi dan memilih makan makanan lain. Apa itu? Kebab. Ya walaupun harus berjuang lebih dulu untuk membelinya, karena agak jauh dari rumah. Tapi dari sinilah aku mendapatkan sebuah pelajaran.

Pelajaran di Kehidupan
Berawal saat aku membeli kebab, aku beli dua, satu untuk aku dan satu untuk masku. Kebab itukan proses membuatnya agak lama, jadi waktu itu aku nunggu di belakang penjualnya sambil ngeliat bagaimana caranya membuat kebab. Tapi tak berselang lama, ada seorang bapak-bapak mendatangi penjual kebabnya. Samar-samar aku terdengar pembicaraan mereka, intinya bapak itu pengen beli kebab tapi uangnya kurang, dia minta ke penjualnya supaya dapat kortingan. Penjualnya hanya tersenyum dan meminta Bapaknya untuk duduk, dan diapun duduk di sampingku.

Sekilas aku melihat penampilan bapaknya, bukan bermaksud merendahkan atau bagaimana, bapak itu memakai pakaian yang sudah lusuh, badannya kurus dan tidak memakai alas kaki padahal beliau datang ke tempat itu jalan kaki, seorang diri. Setelah itu, aku hanya berdiam diri sembari menunggu kebabku jadi.

Selang beberapa menit, kebabku sudah jadi. Aku membayar kebabnya dan langsung menuju motor. Tapi sesaat aku tertahan saat melihat mas penjual memberi Bapak itu beberapa uang, aku tidak tahu jumlahnya berapa tapi yang aku tahu awalnya uang itu ditolak. Masnya tak menyerah, dia tetap memberikan uang itu dan berkata bahwa dia ikhlas dan akan dibuatkan satu kebab juga. Hingga bapaknya menerima tawaran itu dengan wajah senang nan haru. 

Dari sini, aku mendapatkan sebuah pelajaran. Merasa betapa egoisnya diriku, seseorang yang masih meminta uang jajan, hanya menghabiskan uang itu untuk diri sendiri. Beli ini, beli itu. Jajan sini, jajan situ. Tanpa memedulikan lingkungan sekitar, betapa banyak orang yang butuh uang hanya untuk bertahan hidup. Sedangkan penjual kebab itu, seorang pemuda yang sudah bekerja sendiri, masih mau berbagi untuk sesama. Padahal uang itu didapatnya dengan susah payah, bekerja hingga malam melayani para pembeli. Dalam hati aku berpikir, inilah panutanku di jaman sekarang, bekerja demi kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Komentar Komentar, Gratis tanpa dipungut biaya.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...